Senin, 21 November 2016

Maraknya Perilaku Menyimpang

Proses sosialisasi yang dibangun melalui interaksi sosial tidak selamanya menghasilkan pola-pola perilaku taat nilai dan norma (conformity). Adakalanya proses sosialisasi tersebut justru menghasilkan perilaku yang tak bersesuaian dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial tadi disebut perilaku menyimpang.

Secara umum, perilaku menyimpang terjadi disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya:
a) Ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
b) Proses belajar yang menyimpang.
c) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial.
d) Ikatan sosial yang berlainan dan pengaruh kelompok sosial.
e) Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang.


Teori-teori perilaku menyimpang mencoba mencari akar penyebab perilaku menyimpang dengan mengkaji berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
Teori Differential Association
Teori pergaulan yang berbeda (differential association) dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini, penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan diperoleh melalui alih budaya (cultural transmission). Melalui proses ini, seseorang mempelajari suatu sub-kebudayaan menyimpang (deviant subculture).
Teori Labeling
Menurut Edwin M. Lemert, seseorang menjadi penyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya ialah pemberian julukan, cap, atau stigma (biasanya negatif) kepada seseorang. Sebagai tanggapan terhadap julukan, cap, atau stigma tersebut, pelaku kemudian mengidentifikasi dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi tindakannya, sehingga akhirnya akan menganut suatu gaya hidup menyimpang dan penyimpangan itu pun menjadi suatu kebiasaan.
Teori Anomie
Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut Merton, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma), tetapi juga perilaku menyimpang (tidak mengindahkan norma). Struktur sosial yang berlaku bisa menyebabkan terjadinya penyimpangan. Dalam struktur sosial, dijumpai adanya tujuan dan kepentingan. Tujuan tersebut adalah hal-hal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan tersebut. Perilaku menyimpang akan terjadi kalau tidak ada kaitan antara tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dan cara untuk mencapainya.


Menurut Edwin M. Lemert (1951) perilaku menyimpang atau penyimpangan terbagi atas dua bentuk:
Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang, tetapi masyarakat masih bisa mentolerirnya, sehingga pelaku tetap dapat diterima oleh masyarakat. Ciri penyimpangan primer, yaitu bersifat sementara (temporer) dan tidak dilakukan berulang-ulang.
Penyimpangan Sekunder
Adalah penyimpangan yang berwujud tindak kejahatan atau kriminalitas, sehingga masyarakat tak lagi bisa menerimanya. Pelaku didominasi oleh tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya.


Penyimpangan juga dapat dibedakan berdasarkan sifatnya sebagai berikut :
Penyimpangan positif
Penyimpangan positif ialah penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal (didambakan). Awalnya, cara atau tindakan yang dilakukan itu bisa jadi tampak menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Tapi di kemudian hari, tindakan tersebut dapat membawa dampak positif atau kemajuan dalam kelompok maupun masyarakat.
Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif merupakan kencenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya pun selalu buruk.

RANGKUMAN



1) Proses sosialisasi yang dibangun melalui interaksi sosial tidak selamanya menghasilkan pola-pola perilaku taat nilai dan norma (conformity). 
2) Adakalanya proses sosialisasi tersebut justru menghasilkan perilaku yang tak bersesuaian dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. 
3) Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial tadi disebut perilaku menyimpang.


EmoticonEmoticon