Proses sosialisasi yang dibangun melalui interaksi sosial tidak selamanya menghasilkan pola-pola perilaku taat nilai dan norma (conformity).
Adakalanya proses sosialisasi tersebut justru menghasilkan perilaku
yang tak bersesuaian dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial
tadi disebut perilaku menyimpang.
Secara umum, perilaku menyimpang terjadi disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya:
a) Ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
b) Proses belajar yang menyimpang.
c) Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial.
d) Ikatan sosial yang berlainan dan pengaruh kelompok sosial.
e) Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang.
Teori-teori perilaku menyimpang mencoba mencari akar penyebab
perilaku menyimpang dengan mengkaji berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat.
• Teori Differential Association
Teori pergaulan yang berbeda (differential association)
dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini, penyimpangan
bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang.
Penyimpangan diperoleh melalui alih budaya (cultural transmission). Melalui proses ini, seseorang mempelajari suatu sub-kebudayaan menyimpang (deviant subculture).
• Teori Labeling
Menurut Edwin M. Lemert, seseorang menjadi penyimpang karena proses labeling
yang diberikan masyarakat kepadanya. Maksudnya ialah pemberian julukan,
cap, atau stigma (biasanya negatif) kepada seseorang. Sebagai tanggapan
terhadap julukan, cap, atau stigma tersebut, pelaku kemudian
mengidentifikasi dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi
tindakannya, sehingga akhirnya akan menganut suatu gaya hidup menyimpang
dan penyimpangan itu pun menjadi suatu kebiasaan.
• Teori Anomie
Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur
sosial. Menurut Merton, struktur sosial bukan hanya menghasilkan
perilaku yang konformis (sesuai dengan norma), tetapi juga perilaku
menyimpang (tidak mengindahkan norma). Struktur sosial yang berlaku bisa
menyebabkan terjadinya penyimpangan. Dalam struktur sosial, dijumpai
adanya tujuan dan kepentingan. Tujuan tersebut adalah hal-hal yang
pantas dan baik. Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan
tersebut. Perilaku menyimpang akan terjadi kalau tidak ada kaitan antara
tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dan cara untuk mencapainya.
Menurut Edwin M. Lemert (1951) perilaku menyimpang atau penyimpangan terbagi atas dua bentuk:
• Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang dilakukan oleh
seseorang, tetapi masyarakat masih bisa mentolerirnya, sehingga pelaku
tetap dapat diterima oleh masyarakat. Ciri penyimpangan primer, yaitu
bersifat sementara (temporer) dan tidak dilakukan berulang-ulang.
• Penyimpangan Sekunder
Adalah penyimpangan yang berwujud tindak kejahatan atau kriminalitas,
sehingga masyarakat tak lagi bisa menerimanya. Pelaku didominasi oleh
tindakan menyimpang tersebut, karena merupakan tindakan pengulangan dari
penyimpangan sebelumnya.
Penyimpangan juga dapat dibedakan berdasarkan sifatnya sebagai berikut :
• Penyimpangan positif
Penyimpangan positif ialah penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai
sosial yang ideal (didambakan). Awalnya, cara atau tindakan yang
dilakukan itu bisa jadi tampak menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Tapi di kemudian hari, tindakan tersebut dapat membawa dampak positif
atau kemajuan dalam kelompok maupun masyarakat.
• Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif merupakan kencenderungan bertindak ke arah
nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan akibatnya pun selalu buruk.
RANGKUMAN
1) Proses sosialisasi yang dibangun melalui interaksi sosial tidak
selamanya menghasilkan pola-pola perilaku taat nilai dan norma (conformity).
2) Adakalanya proses sosialisasi tersebut justru menghasilkan perilaku
yang tak bersesuaian dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
3) Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial tadi disebut perilaku menyimpang.
EmoticonEmoticon